Langsung ke konten utama

10 tempat yang paling angker


ingat ketika membaca harap jangan malam!! karena menakutkan!

1. Seribu kisah horor di balik seribu pintu: Lawang Sewu, Semarang

Sebagai salah satu tempat paling angker di Indonesia, Lawang Sewu kerap dijadikan lokasi syuting beberapa reality show misteri yang menunjukkan penampakan-penampakan makhluk gaib. Bahkan konon, di internet sempat tersiar kabar bahwa salah satu peserta uji nyali di tempat ini meninggal secara tiba-tiba secara misterius tak lama setelah proses syuting.



Terletak di jantung Kota Semarang, Lawang Sewu merupakan simbol kejayaan era kolonial Belanda di Indonesia. Fisik bangunannya sendiri tampak amat megah dan modern pada jamannya. Lorong-lorong bawah tanah yang tujuan utamanya adalah sebagai ruang sirkulasi udara juga difungsikan sebagai terowongan penghubung antara kediaman Gubernur dan pelabuhan.



Di masa Pendudukan Jepang, Lawang Sewu dipergunakan sebagai markas utama mereka di Semarang.  Lorong-lorong bawah tanah yang terdapat di Gedung B dipergunakan sebagai penjara di mana para tawanan disiksa dengan kejam, lalu kepala mereka dipenggal dan ditumpuk di sudut ruangan.



Menaiki beberapa anak tangga ke lantai atas, suasananya lebih mencekam lagi. Hantu seorang wanita muda yang nekad bunuh diri agar tidak disiksa kabarnya sering gentayangan di area menara dengan kaki yang tidak menjejak lantai!



Lawang Sewu

Lokasi: Komplek Tugu Muda, Jl. Pemuda, Semarang, Jawa Tengah 13220. Koordinat di sini.
Jam Operasional: 06.00 – 18.00
Tiket Masuk: Rp10.000,- (Lawang Sewu) | Rp30.000,- (ruang bawah tanah)

2. Misteri tragedi kereta api maut: Lintasan KA Bintaro dan Stasiun Manggarai

Peristiwa naas berupa tabrakan maut antara dua kereta api yang terjadi pada Senin pagi, 19 Oktober 1987 di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan menjadi salah satu tragedi paling kelam dalam dunia transportasi Indonesia.

Lebih dari 100 nyawa melayang, beberapa dari mereka bahkan ditemukan terpental jauh dari lokasi akibat hebatnya benturan. Sedangkan korban lainnya remuk tak bernyawa di antara himpitan besi-besi. Kondisinya pada saat itu benar-benar mengerikan, bahkan butuh waktu sampai dua hari untuk mengevakuasi seluruh korban jiwa.



Anehnya, sejak peristiwa tersebut, tingkat kecelakaan maut di jalur perlintasan kereta api tersebut dikabarkan meningkat, terutama pada hari Senin. Kabarnya banyak pengemudi kendaraan yang mengaku tidak mendengar sinyal kereta yang akan lewat. Tak hanya itu, konon tak sedikit pula pejalan kaki yang berjalan di atas rel tepat ke arah kereta yang sedang melaju. Menurut keyakinan masyarakat, perilaku aneh tersebut dikarenakan para korban dirasuki oleh Hantu Budek.

Kecelakaan hebat terakhir terjadi di penghujung tahun 2013, ketika sebuah truk tangki dihajar oleh kereta api yang melaju, sehingga mengakibatkan ledakan besar dan menewaskan tujuh orang. Seketika, masyarakat pun menjuluki kejadian di perlintasan angker tersebut sebagai Tragedi Bintaro II.

 Cerita soal kereta api maut belum berhenti sampai di situ. Selama berpuluh-puluh tahun, bangkai kereta api yang mengalami kecelakaan dari seluruh Jakarta dibawa dan disimpan di “kuburan kereta” di Stasiun Manggarai. Meskipun kereta-kereta tersebut sudah berhenti beroperasi, namun masyarakat percaya bahwa arwah para korban masih berada di situ. Selain penampakan arwah gentayangan, konon di malam hari saat stasiun sudah tutup sering terlihat kereta kosong tanpa penumpang yang melintas.



Salah satu kisah paling aneh datang dari seorang mahasiswa yang mengaku  melihat korban kecelakaan di dalam kereta yang ia tumpangi saat larut malam. Secara mengejutkan, setibanya di stasiun tujuan, kaki sang mahasiswa tersebut dipenuhi lecet. Ia lantas menceritakan pengalamannya tersebut kepada petugas keamanan. Anehnya, menurut si petugas pada jam tersebut tak ada kereta yang beroperasi dan ternyata sebetulnya si mahasiswa tanpa sadar telah berlari menempuh rute tersebut hingga kakinya luka-luka.

Tragedi Bintaro

Lokasi: Jl. Bintaro Permai IV
Tempat Tragedi I: Koordinat di sini.
Tempat Tragedi II: Koordinat di sini.

Stasiun Manggarai

Lokasi: Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan 12850


3. Jangan lupa membunyikan klakson ketika melintas: Terowongan Kasablanka

Setiap pagi hari atau jam-jam pulang kantor, Terowongan Kasablanka terkenal akan kepadatannya yang cukup parah. Hal ini dikarenakan terowongan tersebut merupakan salah satu jalur penghubung utama antara daerah Kampung Melayu dan pusat kota.



Saking terbiasa dengan parahnya kemacetan yang terjadi di Jalan Kasablanka, sampai-sampai kita lupa bahwa jalan tersebut menyimpan sebuah kisah angker. Walaupun jalan yang membentang sepanjang 8 kilometer ini hanya lurus-lurus saja, anehnya ada saja kecelakaan yang terjadi setiap minggunya. Bahkan jalan layang yang baru dibuat melintas di atasnya saja sudah memakan beberapa korban jiwa.

Kalau dirunut kembali, Jalan Kasablanka dibangun pada tahun 80an di mana terowongannya berada melintasi lahan Taman Pemakaman Menteng Pulo. Pemindahan makam dan kerangka secara asal-asalan dikabarkan telah membuat para roh marah, salah satunya adalah seorang wanita berpakaian merah.



Beberapa tahun kemudian, seorang kakek ditemukan tewas tergantung dengan tali di lehernya tepat di ujung terowongan.



Oleh karena itu, mitos mengatakan bahwa Anda diharuskan membunyikan klakson sebanyak tiga kali ketika hendak memasuki terowongan tersebut supaya tidak mengalami kejadian yang aneh-aneh!



Terowongan Kasablanka

Lokasi: Jl. Prof. Dr. Satrio, Kasablanka, Jakarta Selatan. Koordinat di sini.
Streetview di sini.

4. Pusat perbelanjaan angker: Mall Klender

Krisis ekonomi yang melanda tanah air pada akhir dekade 90an sempat memicu kekacauan dan kerusuhan di mana-mana. Di sana-sini terjadi penjarahan, pembantaian dan juga pemerkosaan.

Tak terkecuali pada tanggal 15 Mei 1998, ketika ratusan penjarah menyerbu Yogya Department Store.

Kejadian tersebut  membuat panic para pengunjung dan penjaga toko yang langsung berhamburan menyelamatkan diri. Para penjarah lantas menyulut api yang langsung melalap habis bangunan empat lantai ini. Lebih dari 300 orang terkurung di dalam karena takut diserang penjarah kalau keluar. Ironisnya mereka malah tewas terbakar.

Tragedi suram yang sulit untuk dilupakan tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Mei Kelabu. Sebuah sejarah kelam bangsa Indonesia yang mengejutkan semua orang, termasuk dunia internasional.

Meskipun pada tahun 2000 pusat perbelanjaan tersebut telah dibangun kembali dan beroperasi dengan nama Mall Klender, namun masih tetap menyimpan trauma mendalam bagi warga sekitar. Konon ada delapan hantu gentayangan di sekitar mall tersebut, salah satunya adalah penumpang bis misterius yang kerap menumpang bus di malam hari, lalu tak lama setelah bis melaju ia lantas menghilang.



Sebuah telepon umum yang ada sebelum bangunan tersebut dibakar hingga saat ini dibiarkan dan tak diganti, karena katanya ada arwah yang mendiaminya. Jadi siapapun tak berani mengambil risiko dengan membuangnya.

Mall Klender

Lokasi: Jl. I Gusti Ngurah Rai, Duren Sawit, Jakarta Timur 13470. Koordinatdi sini.

5. Episentrum ‘Segitiga Bogor’ yang misterius: Gunung Salak

Dari sekian banyak lokasi paling angker di Indonesia, Gunung Salak merupakan tempat yang telah menelan korban jiwa paling banyak hingga saat ini, termasuk diantaranya adalah tujuh kecelakaan pesawat yang terjadi secara misterius.



Meskipun tak setinggi gunung-gunung lain di Jawa, untuk menaklukkan gunung yang satu ini bukan perkara mudah, bahkan bagi pendaki berpengalaman sekalipun. Selain jalurnya yang berbahaya, danau dan gas beracun kerap memakan banyak korban tiap tahunnya. Mereka yang berhasil selamat mengisahkan pengalaman ngeri mereka berjalan melingkar terus menerus tanpa henti selama berjam-jam tak tentu arah di tengah hutan lebat.



Kecelakaan pesawat terakhir di Gunung Salak terjadi pada tanggal 9 Mei 2012 ketika pesawat superjet milik Rusia yang sedang diuji coba mendadak hilang kontak dan menabrak tebing hingga hancur berkeping-keping. Tak satupun penumpangnya selamat.



Namun yang bikin aneh, semua anggota tim penyelamat mengaku mendapatkan mimpi yang sama, yaitu didatangi oleh seorang wanita misterius yang menuntun mereka ke sebuah rumah yang dihuni wanita-wanita cantik. Dan pada saat ekspedisi pencarian bangkai pesawat, tim penyelamat konon mendengar suara tangisan minta tolong dari seorang wanita. Namun setelah dicari ke sana ke mari, mereka tak menemukan siapa-siapa. Dan anehnya lagi, suara tangisan tersebut datang dari lokasi kecelakaan pesawat tersebut.

Gunung Salak

Lokasi: Pasawahan, Cicurug, Sukabumi 43359. Koordinat di sini.

6. Dilarang mengenakan pakaian berwarna hijau: Pelabuhan Ratu, Sukabumi

Kisah kecemburuan yang terjadi di keluarga Kerajaan Mataram pada abad ke-16 telah memakan korban seorang ratu yang mengorbankan dirinya ke laut lepas. Legenda tragis tersebut sampai saat ini masih hidup.

Sekitar 5 jam perjalanan dari Jakarta, tepatnya di kawasan Sukabumi bagian selatan terdapat kawasan pesisir bernama Pelabuhan Ratu yang terkenal akan pasirnya yang putih serta ombak besar yang cukup menantang, khususnya bagi para surfer.

Tapi Anda jangan sampai terlena oleh keindahan lautnya, karena tak sedikit wisatawan yang tewas ditelan ombak ketika liburan di sini. Sebagian besar korban adalah laki-laki, dan kabarnya mereka semua mengenakan pakaian yang ada unsur warna hijau ketika sedang berenang. Oleh sebab itulah beredar kabar bahwa sang Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul murka dan menarik mereka ke laut karena mengenakan warna kesukaannya.



Tak seperti kebanyakan legenda di Indonesia yang hanya dianggap sebagai dongeng pengantar tidur, kisah Nyi Roro Kidul diyakini keberadaannya oleh banyak orang, tak terkecuali oleh Presiden Soekarno.

Bahkan, kamar nomor 308 di Samudera Beach Hotel sengaja disediakan untuk sang ratu. Kamar yang didesain sangat apik dengan dominasi warna hijau dan emas (warna favorit sang ratu) tersebut diberi wewangian melati dan kemenyan dan kerap digunakan sebagai tempat semedi.



Apakah Anda cukup berani untuk mengenakan pakaian berwarna hijau dan “berkencan” dengan Ratu Pantai Selatan?

Pelabuhan Ratu

Cara ke Sana: Dari Jakarta, lewat Tol Jagorawi keluar di gerbang tol Ciawi. Lurus terus hingga arah Cibadak, setelah melewati Pasar Cibadak belok kanan dan ikuti terus jalan sampai tiba di Pelabuhan Ratu. Koordinat di sini.

7. Tempat para pemuja setan?: Rumah Gurita, Bandung

Berbagai pertanyaan yang ada di benak masyarakat akhirnya terjawab sudah. Pada tahun 2013, sebuah stasiun televisi mencoba membongkar rumor yang beredar tentang ‘Gereja Setan’ di Bandung. Sebelumnya, sebuah patung gurita raksasa yang ada di puncak rumah mewah tersebut telah menimbulkan spekulasi macam-macam.

Dari hasil penyelidikan sekelompok jurnalis tersebut diketahui bahwa ‘rumah gurita’ tersebut dikelilingi oleh beberapa bangunaan rumah lain, dan satu-satunya akses menuju ke sana adalah melewati Rumah Nomor 6. Penyelidikan pun diakhiri dengan perseteruan hebat antara para jurnalis dengan sang pengurus rumah.

Kabarnya, seseorang yang mengaku mantan jemaat ‘gereja setan’ melapor kepada pihak berwajib bahwa rumah tersebut sering digunakan sebagai lokasi pemujaan dan tempat ritual seks. Namun sampai sekarang belum ada bukti-bukti nyata yang mendukung pernyataan tersebut.

Si pemilik rumah, Frans Halimawan pun muncul diwawancarai di televisa dan ia menampakkan kekesalannya atas tuduhan tersebut. Sebagai seorang pecinta seni, ia menjelaskan bahwa setiap rumah di komplek tersebut sengaja dibangun untuk melambangkan perjalanan hidupnya, termasuk soal pergulatannya hidup dan keyakinannya. Tak heran jika ia emosi dengan segala tuduhan tersebut.

Anda boleh percaya, boleh tidak. Lihat saja sendiri!

Rumah Gurita

Lokasi: Jl. Cipedes Selatan No.6, Sukajadi, Bandung, Jawa Barat. Koordinat di sini.
Cara ke Sana: Dari Jl. Djundjunan (Pasteur), belok kea rah Jl. Cipedes Selatan tepat sebelum Hotel Grand Aquila. Lalu lurus terus sampai mentok, kemudian belok kanan.

8. Simbol peristiwa berdarah dan ketidakadilan: Lubang Buaya, Jakarta

Sebuah monumen dibangun sebagai pengingat akan sejarah berdarah Indonesia. Lubang Buaya merupakan lokasi tempat pembunuhan sadis terhadap tujuh orang perwira TNI pada tahun 1965. Peristiwa tersebut akhirnya memicu kudeta militer terhadap Presiden Soekarno.

Dua puluh lima tahun kemudian, sebuah museum didirikan untuk mengedukasi masyarakat atas peristiwa kelam tersebut. Dilengkapi dengan diorama berisi patung-patung lilin yang menggambarkan bagaimana para jendral tersebut diciduk dan dibantai.



Di tengah monumen terdapat sebuah sumur kecil, tempat di mana jenazah ketujuh jendral tersebut dibuang.

Sampai sekarang, tragedi tersebut masih menjadi kontroversi, terutama perihal bagaimana kejadian yang sebenarnya terjadi. Dari keberadaan film propaganda yang wajib ditonton oleh anak-anak sekolah (kini sudah ditiadakan) sampai teori keterlibatan CIA pun beredar.



Mungkin itulah mengapa konon hingga kini masih sering terdengar suara-suara tangisan misterius dari arah sumur maut tersebut, juga suara langkah-langkah kaki di lorong museum saat tengah malam. Jangan heran, pakaian-pakaian yang dikenakan para jendral saat dibunuh yang kemudian dipajang di museum ini pun masih berlumuran darah kering!

Lubang Buaya

Lokasi: Monumen Pancasila Saki, Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta 13810
Jam Operasional: 09.00 – 16.00
Tiket Masuk: Rp5.000,-
Telepon: 021-840 0423

9. Berada lebih dekat dengan kematian: Desa Trunyan, Bali

Apakah Anda berani berkunjung ke ‘Desa Kematian’?

Desa Trunyan bukanlah tempat bagi Anda yang penakut.

Terletak di tepi Danau Batur, di daerah Kintamani, warga di desa ini memiliki tradisi yang berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya. Di sini, jenazah orang yang meninggal tidak dikremasi maupun dikubur.



Melainkan dibiarkan membusuk di dalam ‘kandang’ bambu yang didirikan di sekitar pohon Trunyan. Aroma wangi yang dikeluarkan dari pohon ini secara alami menutupi aroma busuk dari jenazah-jenazah tersebut.



Begitu mayat sudah terurai, sisa-sisa tengkorak dan tulang belulangnya kemudian ditata dengan rapi di bagian bawah pura. Sayangnya area ini sekarang tidak terbuka untuk umum.



Desa Trunyan

Lokasi: Jl. Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali 80652. Koordinat di sini.
Cara ke Sana: Dari Kuta, terus ke utara menuju Danau Batur di Kintamani. Untuk menuju ke desa ini agak sulit, jadi kami sarankan agar minta bantuan dari pemandu lokal (atau supir ojek). Hindari untuk langsung menyewa perahu besar di lokasi, karena Anda akan ‘digetok’ dengan harga yang cukup mahal.

10. Memasuki kawah mencekam: Gunung Merapi, Yogyakarta

Sama seperti halnya Yogyakarta yang pemerintahannya dijalankan oleh Keraton, Gunung Merapi pun diyakini memiliki kerajaan penguasa tersendiri… kerajaan yang tak kasat mata!



Diramalkan meletus setiap lima tahun sekali, gunung ini merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di dunia. Berdiri menjulang setinggi 3000 meter di atas permukaan laut, keindahan alam sekitar Gunung Merapi mampu mengundang ribuan wisatawan setiap tahunnya.



Di balik apa yang tampak oleh mata, konon di sekeliling area Gunung Merapi terdapat kerajaan tak kasat mata yang mengendalikan segala sesuatunya, dari pegunungan, kesuburan tanah, cuaca, dan tentu saja letusannya.

Bukannya takut akan makhluk-makhluk gaib tersebut, masyarakat setempat justru menghormati keberadaannya dengan terus menjaga lingkungan sekitar. Salah satu lokasi yang jadi favorit para pecinta alam mistis adalah Pasar Bubrah.Terletak tak jauh dari puncak gunung, area ini kerap digunakan sebagai lokasi berkemah para pendaki yang ingin memburu sunrise.

Namun ketika larut malam, saat pendaki mulai tidur, di sini sering terdengar suara hiruk pikuk layaknya di tengah pasar, dan diiringi oleh sayup-sayup suara gamelan. Kalau sudah begini, biasanya para pendaki lebih memilih untuk tetap diam di dalam tenda dan berpikir seribu kali sebelum melihat ke luar.

Spot angker lain di Gunung Merapi adalah sebuah bunker di mana dua orang penjaganya tewas terpanggang lahar panas saat gunung ini meletus.

Menurut kepercayaan, kawah Gunung Merapi merupakan gerbang menuju kerajaan gaib tersebut. Dan sekali masuk, jangan harap Anda bisa keluar!

Gunung Merapi

Lokasi: Suroteleng, Selo, Kabupaten Boyolali 57363. 

Komentar